Zinedine Yazid Zidane dilahirkan di Marseille, Prancis, 38 tahun silam. Ia adalah salah satu pemain bola paling revolusioner di dunia. Sarat prestasi baik di tingkat klub maupun timnas, Zidane adalah fenomena di eranya.
Sejak kecil, bakat bal-balan Zidane sudah terlihat. Sang ayah kerap menjumpai lampu-lampu di kediamannya pecah. Zidane yang kala itu berusia 4 tahun sangat gemar menendang-nendang bola hingga memecahkan beberapa perabotan rumah.
Kedua orang tua Zidane adalah imigran asal Aljazair yang pindah ke Prancis untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Lingkungan masa kecil Zidane di daerah imigran pinggiran kota Marseiila yang keras tidak bisa dibilang menyenangkan.
Zidane bergabung dengan klub junior lokal AS Saint-Henrie pada usia 10 tahun. Kemudian ia mengikat kontrak junior dengan klub SO Septèmes-les-Vallons. Selama 4 tahun Zidane bermain untuk klub tersebut, hingga seorang pencari bakat bernama Jean Varraud meyakinkannya untuk mengikuti seleksi dan pelatihan di akademi yunior klub Cannes FC, sebuah klub sepakbola yang cukup bergengsi di Prancis. Zidane pun menyanggupinya tanpa ekspektasi apa-apa. Ia hanya ingin memperdalam ilmu sepakbolanya, ia pun berangkat ke Cannes dan hanya berencana tinggal disana selama enam pekan.
Namun kepiawaiannya mengolah bola membuat direktur klub Cannes jatuh hati. Alih-alih berlatih selama enam pekan, Zidane langsung mendapatkan kontrak profesionalnya di klub tersebut untuk empat tahun ke depan.
Zidane mencetak gol pertamanya untuk Cannes pada 8 februari 1991. Gol tersebut membuat dirinya dihadiahi sebuah mobil Renault Clio oleh direktur klub Cannes. Musim pertama Zidane menjadi pemain inti di Cannes adalah masa kejayaan klub tersebut. Mereka lolos kualifikasi Piala UEFA.
Namun musim kedua Zidane di Cannes tidak terlalu baik. Ia pun hijrah ke Bordeaux dengan kontrak selama empat tahun. Pada awalnya, Zidane kesulitan beradaptasi di Bordeaux, karena statusnya sebagai pemain muda dan harus bersaing dengan senior-seniornya di pentas tertinggi liga Prancis. Namun ia membuktikan kapasitasnya sebagai seorang pemain berkelas. Tak butuh waktu lama untuk Zidane menjadi motor penggerak Bordeaux. Di akhir tahun pertama bersama Bordeaux, pemain yang akrab dipanggil Zizou ini berhasil lolos kompetisi piala UEFA Intertoto 1995/1996. Hal ini membuat Zidane kembali merasakan atmosfer laga kelas Eropa untuk kali kedua setelah sebelumnya juga lolos ke ajang tersebut bersama Cannes.
Setelah empat musim bersama Bordeaux, Zidane kembali pindah klub. Kali ini tidak main-main. Yang memboyongnya adalah raksasa Italia, Juventus. Zidane pindah ke klub berjulukan Si Nyonya Tua itu dengan nilai transfer sebesar 3Juta Pundsterling. Jumlah yang sangat tidak menggambarkan kualitasnya sebagai pemain.
Hanya butuh waktu sebentar untuk beradaptasi, Zidane kembali bersinar di Juventus. Sederetan gelar diraihnya bersama Si Nyonya Tua, mulai dari Juara European Super Cup 1996 , Intercontinental Cup 1996, SuperCopa Italiana 1997, Scudetto pada musim 1996/1997 dan 1997/1998, dan finalis liga champion pada tahun 1997 dan 1998.
Bersama Juventus, Zidane juga meraih penghargaan individu, seperti Golden Ball pada tahun 1998, dan dinobatkan menjadi The Best Player of the Year (Pemain Terbaik Dunia) oleh FIFA pada 1998 dan 2000.
Perjalanan karir Zidane tidak berakhir di tanah Pizza. Pada tahun 2001, klub kapitalis nan megah dari Spanyol, Real Madrid, meminangnya. Kali ini dengan harga yang luar biasa. 46 juta pundsterling digelontorkan Real untuk mendatangkan sang maestro. Harga yang sepadan dengan performanya!
Di Madrid, Zidane bersinar lebih benderang dan memimpin klub tersebut menuju kejayaan. Bersama rekan-rekannya, Raul Gonzales, Roberto Carlos, Iker Casilas, David Beckham, dan Luis Figo, Madrid kala itu dijuluki Los Galacticos. Tim dari galaksi lain yang tanpa tanding. Satu gol fenomenal Zidane adalah golnya ke gawang tim Jerman Bayer Leverkusen pada final Liga Champion tahun 2001. Madrid menang dengan skor 2-1, dan bagi sebagian pengamat yang menyaksikan, gol tersebut berbau supranatural.
Kiprah Zidane di klub berbanding lurus dengan di timnas. Debut awalnya bersama tim nasional Prancis dimulai pada tahun 1994. Kala itu, Zidane sukses mengkonversi dua sepak pojok menjadi gol dengan kepalanya. Prancis pun bermain imbang 2-2 melawan Ceko berkat Zidane. Pertandingan tersebut dikenang sebagian publik sepakbola Prancis, karena Prancis dalam keadaan tertinggal 2 gol terlebih dahulu dan Zidane masuk sebagai pemain pengganti yang menyamakan kedudukan!
Zidane resmi menjadi playmaker tim Les Bleus menggantikan Eric Cantona setelah yang bersangkutan diskors selama 1 tahun pada tahun 1995 karena menganiaya seorang fans. Namun Prancis yang digerakkan Zidane tidak mampu lolos ke putaran final Euro Cup 1996 karena kalah dari Ceko.
Namun Zidane membalasnya dengan gemilang, pada tahun 1998, sentuhan-sentuhan magisnya membawa Prancis menjuarai Piala Dunia untuk pertama kalinya. Tak hanya itu, 2 tahun kemudian Prancis juga menjuarai Euro Cup dan menjadi tim kedua yang berhasil memenangkan Piala Dunia dan Piala Eropa berturut-turut setelah Jerman Barat pada tahun 1974 dan 1976.
Namun pada era milenium, kedigdayaan Zidane mulai sirna digerogoti usia. Pada Piala Dunia 2002, cedera paha membuatnya tak bisa tampil membela Prancis di babak penyisihan. Hasilnya, Prancis tersingkir secara memalukan di putaran awal tersebut tanpa mencetak sebiji gol pun. Pada tahun 2004, Prancis juga harus melepas mimpi menjuarai Piala Eropa setelah dikandaskan Yunani di perempat final. Zidane yang terpukul memutuskan mundur dari tim nasional Prancis.
Pada ajang Piala Dunia 2006, Prancis harus terseok-seok di putaran pra-Piala Dunia tanpa hadirnya Zidane. Namun akhirnya sang maestro memutuskan untuk kembali membela tim Ayam Jantan setelah mendapat ‘bisikan gaib’ di tengah malam. Hasilnya pun ajaib, Prancis yang tidak diunggulkan berhasil lolos ke babak final Piala Dunia tersebut dan berhadapan dengan Italia. Meski pada babak awal berjuang untuk beradaptasi dengan kondisinya, Zidane menunjukkan kegemilangannya sebagai pemain bintang di putaran final. Mulai dari memukul Spanyol 3-1, menaklukkan Brasil 1-0 dan memulangkan Portugal dengan skor 1-0 juga.
Dengan penampilan yang memuncak, banyak pihak mengharapkan Zidane akan gantung sepatu dengan kejayaan, mengangkat trofi Piala Dunia untuk kali kedua.
Namun sayang, pertunjukan Prancis menjadi antiklimaks. Zidane melakukan kesalahan fatal pada babak puncak tersebut. Tanpa sebab yang jelas (hingga saat ini), ia menanduk bek Italia, Marco Materazzi. Kejadian di babak tambahan waktu menit 110 tersebut membuat wasit Horacio Elizondo asal Argentina terpaksa memberinya kartu merah. Tanpa Zidane, Prancis bermain kehilangan arah, namun berhasil menahan skor 1-1 hingga babak adu penalti.
Pertandingan tersebut akhirnya dimenangkan oleh Italia dengan skor penalti 5-3.
Setelah kejadian tersebut, Zidane pensiun total dari dunia sepakbola. Ia kini aktif sebagai duta sepakbola untuk negara-negara miskin dan sering melakukan pertandingan amal untuk mencari dana bagi negara-negara miskin. Zidane juga beberapa kali tampil di pertandingan futsal.
Sebagai pemain, Zidane adalah Playmaker tanpa tanding, ditunjang postur ideal, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengalirkan bola. Permainan Zidane adalah murni bakat ditambah kecerdasan. Ia tidak melulu mengandalkan kecepatan kaki dan lari, namun hampir seluruh pemain yang pernah menjadi lawannya sepakat bahwa dribble Zidane adalah magis. Di masa jayanya ia hampir tidak pernah kehilangan bola dari kakinya. Selain itu, kreativitas Zidane juga cemerlang. Ia menciptakan gerak tipu yang sampai saat ini sering menjadi tolok ukur kepiawaian seorang pemain bola, yakni ‘Marseille Roullette’. Ia juga dikenal sebagai pemain yang memanfaatkan betul keadaan di sekitarnya untuk melakukan passing (contoh : genangan air). Hingga saat ini, publik sepakbola Prancis, bahkan dunia, masih mencari sosok pengatur serangan elegan seperti Zidane.
Zidane telah menginspirasi banyak orang bahwa sepakbola bukanlah permainan keras yang tidak bisa dinikmati oleh masyarakat umum. Sepakbola adalah olahraga indah dan anggun yang sewaktu-waktu dapat menjelma menjadi seni, dengan adanya pemain-pemain seperti dirinya.
Merci, Zizou!
Profil singkat Zinedine Zidane:
Nama lengkap : Zinedine Yazid Zidane
Nama Panggilan : Zizou
Lahir : Marseille, Perancis, 23 Juni 1972
Posisi : Gelandang Menyerang / Playmaker
Status : menikah
Istri : Veronique Zidane
Karir:
Klub
AS Cannes, 6 gol dari 65 kali main (1988-1992)
Girondins Bordeaux, 32 gol dari 157 kali main, (1992-1996)
Juventus F.C., 29 gol dari 190 kali main (1996-2001)
Real Madrid, 46 gol dari 202 kali main (2001-2006)
Timnas
Prancis, 31 gol dari 108 kali main, (1994-2006)
Penghargaan :
Pemain Terbaik Eropa (1998)
Pemain Terbaik Dunia (1998, 2000, dan 2003)
Pemain Terbaik Piala Dunia (2006)