Samir Nasri semakin terpojok. Setelah dituding jadi biang keladi kegagalan Les Bleus di Euro 2012, gelandang yang bermain di Manchester City itu kini mendapat serangan verbal dari mantan rekannya di Arsenal dan tim nasional Prancis, William Gallas. Nasri mendadak jadi perbincangan hangat di Prancis setelah tim asuhan Laurent Blanc tersingkir dari Polandia-Ukraina. Gelandang berusia 25 tahun itu diketahui hampir terlibat baku hantam dengan reporter Prancis di Mixed Zone setelah pertandingan, meski kemudian meminta maaf.
Gallas yang menjadi rekan setim Nasri selama dua musim di Arsenal mengaku tidak kaget melihat dengan insiden tersebut. Apalagi bek berusia 34 tahun itu juga pernah terlibat konfrontasi dengan Nasri ketika The Gunners menang atas Roma di putaran kedua Liga Champion, pada 2009.
"Semua orang kini tahu siapa sebenarnya Samir Nasri! Ia selalu mengotori nama saya dengan menganggap saya orang jahat. Namun, saya tidak pernah menanggapi semua ocehannya," ujar Gallas kepada France Football.
"Selalu saja nama saya yang muncul di media, padahal orang-orang tidak tahu siapa Nasri. Saya pernah berdebat dengannya di Roma. Samir selalu kehilangan bola, jadi wajar jika saya mengungkapkan rasa kecewa. Namun, ia malah memanggil saya dengan sebutan yang buruk!," lanjut Gallas.
Gallas merasa perilaku buruk Nasri merupakan buah yang dihasilkan sepak bola modern. Menurut Gallas, pemain muda berbakat saat ini mampu menekan klub pemilik demi mendapat gaji yang lebih besar ketika mendapat tawaran dari klub lain.
"Saat ini banyak pemain muda berbakat yang sombong, bukan hanya Nasri. Ketika dilirik klub lain, pihak klub rela melakukan apa saja seperti yang diminta sang pemain," sebut Gallas.
"Mereka belum cukup dewasa untuk mengontrol semua situasi yang berjalan terlalu cepat. Dulu kami harus bersabar dan menapak secara perlahan, meski pemain itu seorang pemain berbakat sekalipun. Kini semua pelatih selalu menginginkan hal yang instan," pungkas Gallas.
Gallas yang menjadi rekan setim Nasri selama dua musim di Arsenal mengaku tidak kaget melihat dengan insiden tersebut. Apalagi bek berusia 34 tahun itu juga pernah terlibat konfrontasi dengan Nasri ketika The Gunners menang atas Roma di putaran kedua Liga Champion, pada 2009.
"Semua orang kini tahu siapa sebenarnya Samir Nasri! Ia selalu mengotori nama saya dengan menganggap saya orang jahat. Namun, saya tidak pernah menanggapi semua ocehannya," ujar Gallas kepada France Football.
"Selalu saja nama saya yang muncul di media, padahal orang-orang tidak tahu siapa Nasri. Saya pernah berdebat dengannya di Roma. Samir selalu kehilangan bola, jadi wajar jika saya mengungkapkan rasa kecewa. Namun, ia malah memanggil saya dengan sebutan yang buruk!," lanjut Gallas.
Gallas merasa perilaku buruk Nasri merupakan buah yang dihasilkan sepak bola modern. Menurut Gallas, pemain muda berbakat saat ini mampu menekan klub pemilik demi mendapat gaji yang lebih besar ketika mendapat tawaran dari klub lain.
"Saat ini banyak pemain muda berbakat yang sombong, bukan hanya Nasri. Ketika dilirik klub lain, pihak klub rela melakukan apa saja seperti yang diminta sang pemain," sebut Gallas.
"Mereka belum cukup dewasa untuk mengontrol semua situasi yang berjalan terlalu cepat. Dulu kami harus bersabar dan menapak secara perlahan, meski pemain itu seorang pemain berbakat sekalipun. Kini semua pelatih selalu menginginkan hal yang instan," pungkas Gallas.